Senin, 15 Mei 2017

Pelipur Lara dan Penyejuk Mata

Hadirnya sebagai penyangga jiwa yang lunglai, bersiap roboh dan ambruk ke tanah. Sentuhan kaki mungilnya menyapa dan mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja. Dan saat itu pula ku berazam demi dia semoga langkahku tak berhenti begitu saja. Demi dia akan ku jalani jalan berduri, meski kaki dan hati ini  berdarah-darah.

Aku kian menyadari bahwa segala perhiasan dan kemewahan dunia hanyalah kecil di mataNya. Walau sesak dada ini jika tergoda, namun pilu hati ini jika menyadari alpa dan lupa bahwa takwa adalah sebaik-baik harta.

Masa depan adalah niscaya dan keindahan takdir dariNya. Tak ada cara menggapainya selain dengan berdamai dengan yang lalu dan menari dengan masa sekarang. Mengisi hidup untuk berbuat kebajikan, menebar kebaikan dan manfaat bagi sekitar. Barulah mungkin tiap irama tarian kan menyatu dengan jiwa dan raga. Hingga gelapnya malam menjadi indah dengan taburan bintang-gempintang. Fajar membentang cahaya terang untuk menyambut sang pagi yang bertemankan mentari dhuha.

Senin, 11 Januari 2016

Ujian C.I.N.T.A

Ketika berbicara tentang cinta tentunya tidak sebatas keindahan belaka. Karena air mata pun menyertai cinta. Gundah gulana pun membersamainya. Cinta bukan hanya semua tentang  cerita  manis saja, tapi ia juga akan diuji dengan pahitnya rasa, kelamnya jiwa dan gelapnya asa.
Lantas harus kah kau menjauh dari cinta ? melarikan diri karena kecewa ? mengubur rasa yang sebenarnya adalah karunia ? tidak, bukan begitu menghadapi ujian cinta. Bila cintamu diuji maka siapkanlah cinta yang lebih besar. Pertanyaannya adalah untuk siapa ? pastinya untuk Sang Maha Cinta.
Kesalahan terbesar seorang yang kecewa karena cinta adalah dengan serta merta tidak ridho akan apa yang telah dialaminya. Dan akhirnya ia hanya akan menghujat cinta, membalasnya dengan luka serupa, dan musnahlah cinta seketika.
Ketika ujian cinta menghampiri kita, pastinya ada lembar jawaban yang tak akan selalu berwarna merah jambu terkadang jawaban itu hadir dalam selembar kertas hitam dengan cerita kelam yang menyakitkan.
Tapi yakinlah itu cara Allah mencintai hambaNya. Cinta yang menggiring ke arah cinta suci nan hakiki. Dalam sebuah ungkapan “cintailah penciptanya niscaya Allah akan siapkan seorang yang penuh cinta yang akan mencintaimu.”
Ketahuilah cinta kepada makhluq itu fana dan fatamorgana, maka dari itu bingkailah cinta dengan iman dan taqwa bukan berbalut nafsu dan syahwat belaka. Ketika cintamu telah berlandaskan iman dan taqwa maka kau tak lagi gila akan cinta makhluqNya namun dirimu akan hanya berharap cinta dari Sang Maha Cinta dengan keyakinan bahwa Allah titipkan cinta di hatimu pada orang dan waktu yang tepat.
Wallahu a’lam..

_Syara Jayanti
Depok, 20 februari 2015

Idul Adha 1437 H: Refleksi Iman dan Cinta

Lembaran kisah insan teladan kembali mewangi di hari Raya Kurban. Kisah dari keluarga bapak para Nabi yaitu Ibrahim As. Bukan hanya sukses lewati ujian tapi perjuangan, tekad menjadi insan pilihan amat gigih dilaksanakan. Kisah yang tak mampu dinalar dengan akal belaka jika tak dibersamai iman.
Ketika harus meninggalkan ibunda Hajar dan bayi merah ‘Ismail As di gurun pasir membara dan mentari lembah bakkah yang seakan panasnya hanya sehasta, tanpa bekal, tanpa air demi menjalankan titah Rabbnya. Ayah dan suami mana yang tega berbuat demikian, namun kepercayaan nabi Ibrahim disertai doa menjadi langkah awal pengorbanannya. Iman dan Cinta kepada sang kekasih membuat keraguannya terbang melayang. Hanya keyakinan yang berdentum mengalahkan rasa gelisah yang amat sulit dilebur.
Berikut yang dikisahkan Salim A Fillah dalam bukunya Lapis-lapis Keberkahan, “Telah terpanggang keduanya di atas pasir membara. Telah habis airnya dan kering air susunya. Telah jerih hatinya dengan tangis lapar dan haus bayinya, hingga sakit dan lelah yang ada tak lagi dirasa. Telah dengan sisa-sisa tenaga dia berlarian antara Shafa dan Marwah, menyipitkan mata memandang jauh. Kadang ,melihat ke seberang ufuk adakah yang dapat dimintai bantu. Kadang menatap ke bawah adakah jejak air untuk dikais-kais rembesannya. Dengan keyakinan yang tak cuil bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan iman dan amalnya.”
Inilah sepotong gambaran iman dan cinta Ibunda Hajar yang sungguh menakjubkan. Ikhtiar yang tak putus-putus; lari tujuh kali itu bentuk kegigihan seorang istri dan ibunda, tanpa goyah iman di dada hingga akhirnya terkarunia zam-zam yang tiada habis sepanjang masa. Dan Allah abadikan laluan tujuh kali antara Shafa dan Marwah sebagai ritual dalam manasik umrah dan haji.
Karunia yang tak terduga itu lebih sering kita ilhami dari pada rentetan pengorbanan dan perjuangan dalam meraihnya. Inilah yang seharusnya kita rubah, bahwa ujian iman sekelas nabi pun tak serta merta mudah untuk dilalui. Bercucuran air mata, berhujankan munajat pinta yang tak habisnya, berpeluh keringat, jerih hati dan tenaga yang berbuah sakit dan lelah tiada terkira.
Mari mengilmui iman dan cinta dari Nabi Ibrahim dan Ibunda Hajar berupa pelajaran abadi tak kan lekang oleh waktu, tak terkikis zaman dan  terukir indah dalam Al-qur’an.

Rabu, 18 November 2015

Cinta Atau Uang?!

Menyukai dan mencintai lawan jenis adalah fitrah dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 14 di sebutkan “Dijadikanlah indah pada (pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).

Lalu ketika ada pilihan, Pilih mana uang atau cinta...?
Itu teori yang mengaplikasikannya tak semudah mengakuinya. Terkadang dari sisi idealis kita justru dengan mudah bisa berkata bahwa cinta lebih utama dari uang.

Namun bila kita memasuki dunia realitas maka uang lebih cenderung merupakan penyebab cinta makin tumbuh dan mekar bahkan sebaliknya uang pula bisa membuat cinta makin memudar.

Percaya atau tidak, sebagian kita pasti pernah terlibat dalam hal ini.

Seperti kata ungkapan "ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang".
Kalimat di atas yang ditujukan untuk perempuan tidak selalu benar. Tapi di jaman yang serba materialis  seperti sekarang terlihat jelas bahwa cinta sangat memiliki korelasi dengan uang.

Dalam rumah tangga, salah satu faktor penting yang membentuk nuansa keharmonisan adalah manajemen keuangan yang benar dan tepat.

Selanjutnya semua pihak bisa mempelajari masalah apa yang memicu konflik rumah tangganya. Kemudian komunikasi yang baik antara suami istri adalah modal utama agar sukses dalam mengelola keuangan keluarga. 
Sehingga cita-cita keluarga sakinah, mawaddah dan rohmah bisa direalisasikan.

Dan pada akhirnya tiap pasangan tidak perlu membuat pilihan cinta atau uang. Karena sesungguhnya memudarnya cinta karena merasa serba kurang materi, terletak pada masalah manajemen keuangan itu sendiri sehingga pasangan tak perlu mengorbankan cinta yang dibangun di atas pondasi kesucian untuk menjadi tumbal imperium kapitalisme.

Selasa, 17 November 2015

Dualisme melunturkan Tauhid

Doktrin dualisme lahir dari pemikiran barat, yang ternyata orang barat sendiri menganggap bahwa doktrin tersebut merupakan sesuatu yang tabu ketika dianut oleh seseorang.

Dualisme adalah memandang fakta secara mendua.
Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik.

Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zamanPlato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasandan kebijakan.

Mereka yang menganut paham ini cenderung memisahkan jiwa dan raga. Seolah apa yang mereka kerjakan boleh berbeda dengan apa yang mereka yakini dalam hati. Padahal semua tindakan bersumber dari jiwa. Nabi Saw bersabda "Innamal A'malu bin niyaat" .

Dengan kata lain mereka beranggapan bahwa tindakan boleh jahat tapi hati baik dan sebaliknya. Hal ini merupakan kekacauan berpikir yang pada akhirnya akan melunturkan tauhid tanpa disadari.

Pencarian konsep tauhid sejatinya adalah akhir dari peperangan antara monisme dan dualisme.

Senin, 16 November 2015

Saat Mentari Dhuha menghangatkan Jiwa

Mata bulat, menyiratkan cahaya lembut yang menghangatkan jiwa. Tangisan manja selalu jadi senjata utama untuk mentaklukkan amarah yang kadang membara. Celoteh cerdas selalu menjadi jurus ampuh menggoda tawa.

Senyum dan tingkahnya selalu mendamaikan nurani. Haura ku juara ku, mahkota kebahagiaanku.

Jadilah kau muslimah sholehah nan cerdas, bunga kebanggaan ayah dan mama yang selalu merekah indah. Namun jangan lupa bahwa kau harus tetap jaga kesucianmu dengan duri taqwa. Karena Allah lah sebaik-baik penjaga. Kau hanyalah titipan yang kami pun tiada daya dan kekuatan kecuali dengan kehendakNya.

Walau dirimu di depan mata, tetap peran Sang Pencipta paling utama. Kelak saat kau baca coretan tinta ini. Jangan lupa panjatkan doa penuh cinta buat mama dan ayah.

Lafazkan istighfar atas segala dosa, salah, dan lalai kami ketika merawat dan mendidikmu sayang.
Semoga Allah senantiasa menerangi jalanmu dengan cahaya iman yang tak pernah redup.

Selasa, 17 November 2015
Dengan kehangatan semburat mentari Dhuha

Gerimis Rindu

Rintik hujan selalu terdengar syahdu. Aroma dingin begitu akrab dengan kulit. Sesekali irama petir dan gledek saling bergantian. Semakin terlihat jelas kekuasaan Tuhan.

Itu semua adalah tanda-tanda kekuasaanNya. Hanya segelintir saja yang mampu mentadabburi akan fenomena alam ini tiadalah terjadi kecuali dengan kehendakNya.

Ada banyak rasa yang ingin kukabarkan lewat hembusan angin, rintikan hujan, gemanya petir.

Bercengkrama dengan tetesan hujan bahwa ada syukur yang kadang lalai ku tahmidkan. Menangkap semilir angin lembut sambil berbisik bahwa  masih ada tasbih yg belum terlantunkan.
Menghadang gaungan petir sambil berkata bahwa ada istighfar yg belum sering kulafazkan.

Hamdan wa Syukron Lillah, semoga tiap detik titipanNya bisa ku memaknai dan menghayati.

Senin, 16 November 2015
Di sore hari bertemankan Gerimis Rindu