Senin, 15 Mei 2017

Pelipur Lara dan Penyejuk Mata

Hadirnya sebagai penyangga jiwa yang lunglai, bersiap roboh dan ambruk ke tanah. Sentuhan kaki mungilnya menyapa dan mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja. Dan saat itu pula ku berazam demi dia semoga langkahku tak berhenti begitu saja. Demi dia akan ku jalani jalan berduri, meski kaki dan hati ini  berdarah-darah.

Aku kian menyadari bahwa segala perhiasan dan kemewahan dunia hanyalah kecil di mataNya. Walau sesak dada ini jika tergoda, namun pilu hati ini jika menyadari alpa dan lupa bahwa takwa adalah sebaik-baik harta.

Masa depan adalah niscaya dan keindahan takdir dariNya. Tak ada cara menggapainya selain dengan berdamai dengan yang lalu dan menari dengan masa sekarang. Mengisi hidup untuk berbuat kebajikan, menebar kebaikan dan manfaat bagi sekitar. Barulah mungkin tiap irama tarian kan menyatu dengan jiwa dan raga. Hingga gelapnya malam menjadi indah dengan taburan bintang-gempintang. Fajar membentang cahaya terang untuk menyambut sang pagi yang bertemankan mentari dhuha.